SumpahPemuda: Untuk Apa? Kamis, 31 Oktober 2013 | 03:01 WIB. Setiap tanggal 28 Oktober bangsa kita senantiasa memperingati hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928, yang merupakan puncak awal perjuangan para pemuda Indonesia bersatu dalam memperjuangkan harkat, derajat, dan martabat bangsa Indonesia. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID SAHJ_yWGbd2brrBEnAzpiKxaqElkUCGeEZHshL7bfPcFa2regPqC6w== answerchoices. menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sudah berlalu. pengikat dan pemersatu bangsa di tengah perbedaan yang ada. momentum yang penting dalam upaya mencapai kemerdekaan. pengingat perjuangan para pemuda di masa lalu. menjadi sebuah peristiwa sejarah yang sudah berlalu. alternatives. JAKARTA, - Hari Sumpah Pemuda selalu diperangti pada tanggal 28 Oktober setiap tahun sebagai momentum bersatunya para pemuda. Sumpah Pemuda dinilai menjadi momen kunci dalam perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Sumpah Pemuda adalah hasil dari Kongres Pemuda II yang digelar pada 27-28 Oktober 1928, 92 tahun yang lalu, begini bunyinyaPertama Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kedua Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia Ketiga Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Baca juga Jokowi Minta Hari Sumpah Pemuda Jadi Momen Bersatu Hadapi Covid-19 Para pemuda kerap memegang peran penting dalam sejarah Indonesia, sebut saja peristiwa Rengasdengklok di mana para pemuda 'menculik' Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, hingga gerakan Reformasi yang dimotori kelompok mahasiswa dan berhasil mengakhiri kekuasaan Orde Baru. Namun, tahukan Anda bahwa gerakan pemuda itu telah dimulai jauh sebelum peristiwa Sumpah Pemuda? Tri Koro Dharmo Pergerakan Pemuda sebetulnya sudah ada 13 tahun sebelum Sumpah Pemuda. Dilansir dari buku Indonesia dalam Arus Sejarah 2013, terdapat sebuah perkumpulan pelajar bernama Tri Koro Dharmo yang berdiri pada 7 Maret 1915. Tri Koro Dharmo beranggotakan para pelajar bumiputra yang berasal dari perguruan dan sekolah-sekolah yang ada di Jawa. Baca juga Demo di Hari Sumpah Pemuda, Massa Aksi Bacakan Sumpah Buruh Tolak Omnibus Law Secara bahasa, Tri Koro Daharmo bermakna tiga tujuan mulia sakti, bukti, bakti. Organisasi itu menginginkan sebuah perubahan dari cara pandang pemuda akan kondisi yang terjadi di Indonesia. Seiring waktu berjalan, Tri Koro Dharmo berubah nama menjadi Jong Java agar keanggotaan organisasi itu dapat lebih luas, seluruh pelajar dari Jawa, Madura, Bali, dan Lombok pun bisa bergabung. Baca juga Peringatan Sumpah Pemuda, Wakil Ketua KPK Korupsi adalah Musuh Bersama Mereka kemudian menggelar berbagai kongres untuk menyempurnakan dan menyebarkan pentingnya peran pemuda ke banyak kalangan. Kegiatan organisasi itu menyasar pada pemberantasan buta huruf agar pemuda bisa bebas melihat dunia Indonesia Sebelum Tri Koro Dharmo berdiri, sebetulnya sudah ada perkumpulan pemuda lainnya yaitu Perhimpunan Indonesia. Beberapa tokoh yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia antara lain Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat Ki Hajar Dewantara, Sutan Sjahrir, dan Mohammad Hatta. Namun, Perhimpunan Indonesia yang dibentuk pada 1908 belum menunjukkan peran aktifnya di Indonesia karena hanya sebatas perkumpulan mahasiswa yang belajar di Belanda. Baca juga Peringatan Sumpah Pemuda, Wapres Ingin Pemuda Berperan Aktif Atasi Pandemi Covid-19 Organisasi itu baru mulai bergerak setelah para mahasiswa Perhimpunan Indonesia kembali ke Indonesia. Mereka mulai menyadari akan tujuan bersama dan mengurangi perpecahan yang disebabkan perbedaan suku bangsa dan agama. Kongres Pemuda Buku 45 Tahun Sumpah Pemuda 1974 yang diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda menyebutkan banyak perkumpulan pemuda kedaerahan yang muncul setelah berdirinya Tri Koro Dharmo atau Jong Java. Selain Perhimpunan Indonesia, terdapat pula Jong Batak, Jong Minahasa, Jong Celebes, Jong Ambon, Sekar Rukun, Jong Islaminten Bon, Pemuda Kaum Betawi, Pemuda Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI dan masih banyak lainnya. Baca juga Peringatan Ke-92 Sumpah Pemuda, Wapres Harap Jadi Inspirasi dan Energi Mereka merasa membutuhkan dukungan untuk bisa bersatu demi kemerdekaan. Muncul inisiatif untuk bisa menggabungkan dari para perhimpunan pemuda ke dalam sebuah musyawarah besar yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda. Kongres Pemuda I diselenggarakan pada 30 April hingga 2 Mei 1926. Namun, kongres tersebut belum bisa menyatukan persatuan karena masih kuatnya ego kedaerahan. Mereka pun menyadari bahwa ego kedaerahan tersebut akan mempersulit Indonesia untuk bersatu dan berjuang melawan penjajahan. Akhirnya, pada 27-28 Oktober 1928, para pemuda kembali berkumpul untuk menggelaar Kongres Pemuda II. Baca juga Lurah di Jakarta Diimbau Adakan Kegiatan Kepemudaan untuk Peringati Hari Sumpah Pemuda Kongres Pemuda II itu menghasilkan sebuah kesepakatan bersama akan pentingnya persatuan pemuda. Deklarasi pun dilakukan dan kelak dikenal dengan nama "Sumpah Pemuda". Istilah "Sumpah Pemuda" itu pun tidak muncul dalam putusan kongres melainkan diberikan setelahnya. Adapun Hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiap 28 Oktober ditetapkan pada masa Presiden Soekarno melalui Keputusan Presiden Nomor 315 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Bukuini menceritakan dengan jelas dan ringkas perjuangan Tan Malaka untuk Republik Indonesia. Jauh sebelum Sumpah Pemuda, ia sudah memimpikan dan memikirkan seperti apa itu Republik Indonesia lewat Naar de Republiek Indonesia dalam pengembaraannya di Tiongkok, 1925. Ironisnya, saat Tan Malaka menulis buku ini, ia mendapat kabar bahwa

Oleh Batara Hutagalung, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Sejarah FKMPS Pengantar Selama puluhan tahun rakyat Indonesia percaya bahwa pada 28 Oktober 1928 para pemuda pribumi yang tergabung dalam berbagai organisasi-organisasi di wilayah jajahan Belanda mengucapkan “Sumpah Pemuda”. Apabila diteliti lebih mendalam terlihat bahwa pada 28 Oktober 1928 tidak ada yang dinamakan “Sumpah Pemuda.” Penamaan ini merupakan rekayasa di tahun 1950-an. Di buku-buku sejarah untuk sekolah-sekolah dan penulisan-penulisan mengenai sejarah yang beredar di masyarakat luas terdapat sangat banyak kesalahan, rekayasa, manipulasi, pemalsuan penulisan sejarah dan bahkan pemalsuan sejarah, yaitu mengarang suatu peristiwa yang sebenarnya tidak ada. Juga di buku pedoman/ panduan Kurikulum 2013 Revisi 2017 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud masih terdapat banyak kesalahan. Penulisan mengenai sejarah yang paling banyak salah, bahkan kesalahan fatal dan menyesatkan, adalah buku Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diterbitkan oleh MPR RI. Masyarakat perlu mengetahui bahwa rencana anggaran yang akan dikeluarkan oleh negara untuk sosialisasi Empat Pilar MPR tahun 2020 mencapai 1 triliun rupiah. Artinya negara mengeluarkan dana 1 triliun rupiah untuk menyebar-luaskan tulisan sejarah yang salah. Walaupun hal ini sudah disampaikan melalui Surat Terbuka kepada ketua MPR RI 2019-2024 dan ke banyak anggota DPR/MPR RI serta penyelenggara negara, tetapi tidak ada satu pun yang bereaksi. Kelihatannya para wakil rakyat tidak berminat untuk meluruskan penulisan sejarah yang salah, yang telah mereka sebar luaskan dengan anggaran yang sangat besar dari negara. Mengenai rekayasa hasil Kerapatan Pemuda Indonesia II yang kemudian disebut sebagai “Sumpah Pemuda”, beberapa sejarawan sebenarnya sudah sejak lama menulis atau menyampaikan adanya rekayasa tersebut. Bahkan ada sejarawan yang menulis bahwa “Sumpah Pemuda” adalah kebohongan besar. Namun, karena masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun percaya hasil rekayasa ini, sangat sulit untuk mengubah pendapat umum tersebut. Hal ini sama seperti mitos-mitos atau kebohongan atau kekeliruan lain yang selama puluhan tahun telah beredar dan melekat dalam ingatan kolektif masyarakat. Dalam beberapa tulisan terdahulu, sudah saya kemukakan bahwa yang dibahas dalam Kongres Pemuda II hanyalah menyelesaikan perbedaan pendapat antara M Tabrani Suryowicitro dan Muhammad Yamin, dalam Kongres Pemuda I mengenai nama bahasa yang akan digunakan menjadi bahasa persatuan. Sedangkan, mengenai satu nusa dan satu bangsa Indonesia telah disepakati bersama. Tujuan Diselenggarakannya Kongres Pemuda I dan II Di awal abad 20 di wilayah jajahan Belanda, semua organisasi baik untuk umum maupun untuk para pemuda, masih bersifat kedaerahan, atau yang berasal dari satu pulau atau berdasarkan kesamaan agama. Organisasi-organisasi tersebut Budi Utomo, Tri Koro Darmo, Jong pemuda Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Bataksche Bond, Jong Ambon, Jong Celebes Sulawesi, Jong Minahasa, Sekar Roekoen organisasi pemuda Sunda, Pemoeda Kaoem Betawi, dll. Juga berdasarkan agama, seperti Jong Islamieten Bond Islam, Indonesische Christen Jongeren Kristen Protestan dan Katholieke Jongelingen Bond Kristen Katholik. Tujuan didirikannya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908 adalah untuk membantu putra-putra bangsawan Jawa dari golongan rendahan untuk memperoleh pendidikan. Demikian juga organisasi pemudanya, Tri Koro Darmo dan Jong Java, hanya untuk para pemuda dari Jawa dan Madura. Tujuan Jong Java adalah mendirikan Jawa Raya yang mencakup Bali dan Lombok. Demikian juga dengan tujuan didirikannya organisasi-organisasi pemuda pribumi lain yang masih bersifat etnis atau agama, yaitu hanya untuk kegiatan-kegiatan sosial, saling membantu dengan dasar etnisitas atau agama. Organisasi-organisasi tersebut tidak dapat dinamakan sebagai gerakan nasional bangsa Indonesia karena bangsa nation Indonesia belum ada, bangsa Indonesia sebagai entitas politik baru ada sejak tanggal 17 Agustus 1945. Satu-satunya organisasi pemuda pribumi yang didirikan oleh pemuda-pemuda yang berasal dari berbagai daerah di wilayah jajahan Belanda adalah Indische Vereeniging Perhimpunan India, yang didirikan di Belanda tahun 1908. Pada waktu itu, jajahan Belanda di Asia Tenggara dinamakan Nederlands Indie India Belanda dan penduduknya oleh orang Belanda hanya disebut sebagai Indier orang India. Sebutan ini sangat menyesatkan, karena tidak dibedakan namanya antara India jajahan Inggris dan India jajahan Belanda. Hanya dalam bahasa Inggris jajahan-jajahan tersebut dinamakan British East India dan Netherlands East India. Tujuan didirikannya Indische Vereeniging semula juga hanya untuk kegiatan-kegiatan sosial dan saling membantu. Pada 25 Desember 1912 Suwardi Suryaningrat Ki Hajar Dewantoro, Cipto Mangunkusumo dan Ernest FE Douwes Dekker Danudirja Setiabudhi mendirikan partai politik pertama yang dinamakan Indische Partij Partai India. Indische Partij hanya berusia beberapa bulan karena tidak mendapat izin dari pemerintah kolonial. Karena sikap mereka yang radikal dan dianggap mengganggu ketenteraman masyarakat, ketiga tokoh tersebut diasingkan ke Belanda tahun 1913. Di Belanda, Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo masuk menjadi anggota Indische Vereeniging. Suwardi Suryaningrat bahkan kemudian menjadi ketua Indische Vereeniging. Sejak itu, Indische Vereeniging bersifat politis dengan tujuan untuk membebaskan diri dari penjajahan. Para tokoh pergerakan melawan penjajahan Belanda, baik yang berada di Nederlands Indie maupun yang berada di Eropa, termasuk di Belanda, menyadari bahwa mereka berasal dari berbagai etnis yang berbeda kebudayaan, bahasa, dan agama. Oleh karena itu mereka melihat bahwa untuk melawan penjajah, mereka harus membangkitkan kesadaran semua etnis agar bersatu. Para pemuda yang berada di Belanda telah terlebih dahulu bernaung di organisasi yang tidak bersifat kedaerahan atau keagamaan. Pemikiran-pemikiran dan pergerakan para pemuda/mahasiswa pribumi dari Nederlands-Indie India Belanda yang belajar di Eropa, terutama di Belanda, sangat berpengaruh terhadap pergerakan pemuda-pemudi pribumi di Nederlands Indie. Sejak awal tahun 1920-an, nama INDONESIA diperkenalkan kepada tokoh-tokoh dan para pemuda pribumi di Nederlands Indie. Himbauan ini disambut baik oleh banyak anggota dari beberapa organisasi pemuda tersebut. Banyak di antara mereka sudah saling mengenal, karena mereka menempuh pendidikan di sekolah yang sama, atau tinggal di tempat kos/asrama yang sama, sehingga hampir setiap hari bertemu dan berdiskusi. Pertemuan-pertemuan dan tempat mereka berdiskusi adalah di Indonesische Clubgebouw Gedung Perkumpulan India di Jl Kramat 106, tempat mereka kos dan menyewa ruangan, atau ngobrol tentang politik di Gang Rijkman dan Fromberg Park, dll. Para pemuda pribumi tersebut sepakat untuk menyelenggarakan pertemuan guna mempersatukan organisasi-organisasi pemuda pribumi di seluruh wilayah jajahan Belanda, yang waktu itu masih berdasarkan etnis, berasal dari pulau yang sama atau berdasarkan kesamaan agama. Inilah tujuan utama diselenggarakannya Kongres Pemuda I dan II. Susunan Acara Kongres Pemuda II Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia I Pertemuan besar informal dari para pemuda pribumi yang pertama, diselenggarakan tanggal 15 November 1925 di gedung Lux Orientis, Batavia sekarang Jakarta. Hadir secara pribadi belum sebagai wakil organisasi pemuda-pemuda dari Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, Sekar Roekoen dan beberapa peminat perorangan. Gedung De Ster in het Oosten Bintang Timur. Tempat penyelenggaraan Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I. Sekarang menjadi Kantor Pusat Kimia Farma, di Jl Budi Utomo No 1 Dengan suara bulat dibentuk satu panitia untuk menyelenggarakan pertemuan dari berbagai organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan dan keagamaan tersebut. Tujuannya, sebagaimana dituturkan oleh M. Tabrani Suryowicitro, Ketua Panitia Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I “Menggugah semangat kerja sama di antara bermacam-macam organisasi pemuda di Tanah Air kita, supaya dapat diwujudkan dasar pokok untuk lahirnya persatuan Indonesia di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia.” Susunan Panitia Ketua Mohammad Tabrani Soerjowitjitro Wakil Ketua Sumarto Sekretaris Djamaluddin Kemudian dikenal sebagai Adi Negoro Bendahara Suwarso. Anggota Panitia lain adalah Bahder Djohan, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan, Hamami, Sanusi Pane dan Sarbaini. Panitia yang diketuai oleh Mohammad Tabrani mengundang para anggota dari organisasi-organisasi pemuda untuk menghadiri pertemuan yang waktu itu dalam bahasa Melayu dinamakan Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I. Dalam bahasa Belanda dinamakan Het eerste indonesische Jeugd Congres. Kerapatan tersebut diselenggarakan di Gedung De Ster in het Oosten Bintang Timur milik Perkumpulan Vrijmetselaarij Freemason, Batavia dari tanggal 30 April-2 Mei 1926. Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I kemudian disebut sebagai Kongres Pemuda I. Ket Foto Mohammad Tabrani Soerjowitjitro Dalam Kerapatan Besar Pemuda Indonesia I, hadir anggota-anggota dari Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Bataksche Bond, Jong Islamieten Bond, Studierenden Minahasaers dan Sekar Roekoen. Status peserta masih sebagai pribadi. Hadir juga Wage Rudolf Supratman, wartawan dari Harian Sin Po. Pertemuan besar pertama dari para pemuda-pemudi pribumi di wilayah jajahan Belanda membahas masalah Persatuan, Peran Perempuan, Peran Agama dan pentingnya Bahasa Persatuan, dalam rangka mencapai persatuan. Pada waktu itu tidak semua peserta fasih berbahasa Melayu, sehingga semua pembicara menggunakan bahasa Belanda. Pembahasan juga dilakukan dalam bahasa Belanda. Demikian juga hasil-hasil kerapatan diterbitkan dalam bahasa Belanda dengan judul Verslag van het Eerste Indonesisch Jeugdcongres, Gehouden te Weltevreden van 30 April tot 2 Mei 1926 Laporan Kongres Pertama Pemuda Indonesia, diselenggarakan di Weltevreden dari tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926. Laporan lengkap yang diterbitkan oleh Panitia Kongres disita dan dimusnahkan oleh penguasa Belanda. Untung sebelum menyampaikan laporan tersebut, Tabrani diam-diam membuat dua salinan laporan. Satu diberikan kepada redaksi majalah mingguan, dan satu salinan disampaikan ke Museum Pusat di Batavia. Sangat disayangkan, laporan hasil Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I baru diterjemahkan ke bahasa Indonesia tahun 1981. Dalam sambutan pembukaan Kerapatan, Tabrani mengatakan “Bagaimana kita memajukan pertumbuhan Semangat Persatuan Nasional dengan menghindari segala sesuatu yang dapat mencerai-beraikan kita. Maka panitia memilih acara-acara yang mengandung unsur-unsur pemersatu dan menjauhkan diri dari benih-benih perpecahan.” Tabrani menutup sambutannya dengan kata-kata ”Mengakhiri pidato saya, saya amat mengharapkan, supaya kongres ini menyuarakan generasi muda sekarang yang nantinya terpanggil untuk bekerja, berkarya, berjuang dan meninggal untuk Kemerdekaan Nusa dan Bangsa. Rakyat di seluruh kepulauan Indonesia, bersatulah!” Demikianlah yang diucapkan oleh seorang pemuda berusia 22 tahun, pada 30 April 1926. Salah satu pidato yang sangat penting disampaikan oleh pemuda Sumarto, Ketua Jong Java. Dia mengatakan “Semangat persatuan Indonesia pada pokoknya bersumber kepada semangat kemerdekaan. Ia mengandung cita-cita untuk mencapai Negara Kesatuan Indonesia yang merdeka. Indonesia karenanya adalah pengertian politik, berbeda dengan Indonesia dalam pengertian bukan politik. Secara etnologisch, philologisch, dan geografisch. Indonesia mengandung arti yang lebih luas. Karenanya dapat dimengerti bahwa sebutan itu tidak dapat memuaskan banyak orang. Bahkan menimbulkan pendapat bahwa Indonesia itu hanya impian atau khayalan belaka. Namun, mereka yang berpendapat demikian berbuat suatu kesalahan karena tidak dapat membedakan antara politik dan ilmu. Indonesia menurut pendapat saya harus diartikan secara politis. Dr Ratulangi dalam Kongres Al-Indie di Bandung menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Indonesia ialah daerah di Asia dan Australia yang terkenal dengan nama Hindia Belanda. Berhubung dengan ini, orang Indonesia ialah yang tergolong PRIBUMI INDONESIA.” Kalimat terakhir ini merujuk kepada Peraturan Pemerintah kolonial Regeringsreglement tahun 1920 yang membagi penduduk menjadi tiga golongan strata sosial dan hukum, yaitu 1. Europeanen bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Jepang disetarakan dengan bangsa Eropa. 2. Vreemde Oosterlingen Timur asing, yaitu bangsa Cina dan bangsa Arab, 3. Inlander Pribumi. Tahun 1926, Peraturan Pemerintah tersebut dikukuhkan menjadi Peraturan Negara Staatsregeling. Perlu diketahui, bahwa selama ratusan tahun, dari tahun 1640-1862, di wilayah jajahan Belanda resmi diberlakukan Undang-Undang Perbudakan. Pribumi leluhur bangsa Indonesia diperjualbelikan sebagai BUDAK DI NEGERI SENDIRI. Pada waktu itu, salah satu ukuran kekayaan seseorang adalah jumlah budak yang dimilikinya. Sampai tanggal 9 Maret 1942, yaitu tanggal menyerahnya pemerintah Nederlands Indie India Belanda kepada Jepang di Kalijati, di depan gedung-gedung mewah, hotel-hotel mewah, tempat pemandian umum elit, terpasang plakat dengan tulisan VERBODEN VOOR HONDEN EN INLANDER, artinga TERLARANG UNTUK ANGJING DAN PRIBUMI. Pribumi yang berada di dalam gedung-gedung/hotel-hotel mewah tersebut hanyalah para jongos. Setelah ratusan tahun diperjualbelikan sebagai budak di negeri sendiri, pribumi “naik tingkat” menjadi JONGOS DI NEGERI SENDIRI. Ket Foto Buku yang terbit di Belanda dengan judul "Verboden voor honden en inlander", artinya "TERLARANG UNTUK ANJING DAN PRIBUMI." Diskriminasi rasial dan pelanggaran Hak Asasi Manusia HAM yang sangat biadab ini juga menjadi salah-satu penyebab yang membangkitkan semangat pribumi untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal ini juga menjadi dasar dalam menyusun Undang-Undang Dasar yang dilakukan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan BPUPK bulan Mei/Juni dan Juli 1945. Rancangan Undang-Undang Dasar ini disahkan pada 18 Agustus 1945. Lihat Pasal 6 Ayat 1 UUD ’45 asli, dan Pasal 26 Ayat 1 UUD ’45. Sebagai penutup pidatonya, Sumarto mengatakan “Jika pada penutup uraian saya ini ditanyakan kepada saya, apakah kemauan saya dan apakah yang sepenuhnya terkandung dalam hati saya, maka jawab saya ialah Pemuda Indonesia bangunlah menuju persatuan, bangkitlah menuju indonesia merdeka!” Dapat dikatakan, bahwa Kongres Pemuda Indonesia I adalah jawaban terhadap Peraturan Pemerintah Kolonial yang sangat diskriminatif, yang menempatkan pribumi, pemilik negeri yang sesungguhnya, menjadi penduduk kelas tiga, menjadi golongan strata sosial dan hukum yang terrendah, Mengenai peranan wanita, tiga pembicara menyampaikan pandangannya, yaitu Nona Stientje Ticoalu-Adam asal Minahasa yang menyampaikan mengenai kedudukan wanita di Minahasa, Djaksodipuro menyampaikan mengenai hukum adat di Solo yang dikenal dengan sebutan “rapak-lumuh,” dan Bahder Djohan. Dalam Kerapatan pemuda pertama tersebut juga dibahas mengenai peran agama untuk mencapai persatuan. Paul Pinontoan, pemuda asal Minahasa, menyerukan saling pengertian tolerantie di antara pemeluk bermacam-macam agama dan kepercayaan di seluruh Indonesia demi untuk memperkuat gerakan persatuan nasional. Selain hal-hal tersebut di atas, juga dibahas masalah bahasa Persatuan. Disadari bahwa diperlukan satu bahasa persatuan sebagai pengganti bahasa Belanda. Tabrani adalah orang pertama yang mengusulkan digunakannya nama bahasa Indonesia untuk bahasa Melayu. Sedangkan, Mohammad Yamin 1903-1962 mengajukan usul agar menetapkan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, tetap dengan nama BAHASA MELAYU. Bahasa Melayu telah menjadi lingua franca, bahasa pengantar dalam perdagangan dan komunikasi antar etnis/bangsa di kawasan Asia Tenggara sejak ratusan tahun. Sehubungan dengan hal ini, Tabrani menulis “Menurut Mohammad Yamin, hanya dua bahasa, yaitu Jawa dan Melayu, yang mengandung harapan menjadi bahasa persatuan. Namun, menurut keyakinannya bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan bagi rakyat Indonesia. Kebudayaan Indonesia di masa depan akan diutarakan dalam bahasa tersebut .... ... sekitar pidato saudara Yamin ini mungkin ada faedahnya disajikan sesuatu yang hanya diketahui oleh tiga pemuda ketika itu yaitu saudara Yamin sendiri, saudara Djamaludin dan saya. Soalnya, saya tidak setuju, jika berdasarkan uraian saudara Yamin itu walaupun saya menyetujui seluruh pidatonya Kongres lantas akan mengambil keputusan, bahasa Melayulah yang akan dijadikan bahasa persatuan. Jalan pikiran saya ialah tujuan kita besama yaitu SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA. Kalau Nusa itu bernama Indonesia, Bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasanya harus disebut BAHASA INDONESIA, dan bukan Bahasa Melayu, walaupun unsur-unsur bahasa Melayu mendasari Bahasa Indonesia itu. Saudara-saudara Yamin dan Djamaludin memahami dan menghargai dan menyetujui jalan pikiran saya, SEHINGGA PENGAMBILAN PUTUSAN TENTANG NAMA BAHASA PERSATUAN DITUNDA DAN HENDAKNYA DIKEMUKAKAN DALAM KONGRES PEMUDA KEDUA.” Demikian penjelasan M Tabrani, Ketua Panitia Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia I. Dari keterangan M Tabrani dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda terlihat jelas bahwa embrio gagasan “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa” telah disampaikan dalam Kerapatan Kongres Pemuda-Pemudi Indonesia I. Namun karena masih ada beberapa kendala, belum tercapainya kesepakatan, maka gagasan tersebut dicetuskan dan disetujui dalam Kerapatan Kongres Pemuda II. Keterangan Foto Djamaluddin Adinegoro Dalam Kongres Pemuda I juga belum tercapai kesepakatan untuk melakukan fusi peleburan berbagai organisasi yang masih berdasarkan etnis dan agama, karena masih banyak yang mempertahankan azas kedaerahannya. Salahsatu terobosan besar adalah disepakati pentingnya suatu bahasa persatuan. Kongres Pemuda I menghasilkan kesepakatan untuk menjadikan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan, yang kemudian diterima sebagai salahsatu butir resolusi dalam Kongres Pemuda II dengan nama Bahasa Indonesia. Keterangan foto Muhammad Yamin Keberhasilan lain dari kerapatan pemuda-pemudi Indonesia pertama ini adalah didirikannya dua organisasi pemuda yang tidak lagi bersifat kedaerahan atau keagamaan. Setelah usai kerapatan, pada bulan September 1926 didirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPIdan kemudian pada 20 Februari 1927 didirikan Jong Indonesia. Dalam kongres pertama Jong Indonesia di Bandung tanggal 28 Desember 1927, nama Jong Indonesia resmi diganti menjadi Pemuda Indonesia. Kedua organisasi ini ikut menjadi motor penyelenggaraan kerapatan pemuda-pemudi Indonesia II Kongres Pemuda II. Bukan hanya sebagai pendahulu Kongres Pemuda II, hasil-hasil yang dicapai dalam Kongres Pemuda I dan pembahasan-pembahasan sesudah Kerapatan Pemuda I, sangat penting dalam mata-rantai proses pembangunan Bangsa dan Negara Bangsa Indonesia serta menetapkan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan. Oleh karena itu, Kongres Pemuda Indonesia I harus merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan Kongres Pemuda Indonesia II. Peletakan dasar menetapkan Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Persatuan Bangsa Indonesia, ada di Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I Kongres Pemuda I. Pada akhir tahun 1926, dua tokoh yang berperan dalam Kerapatan I, yaitu M Tabrani dan Djamaludin melanjutkan pendidikan jurnalistik di Jerman. Tabrani kembali ke Nederlands-Indië tahun 1931, sehingga tidak dapat menghadiri Kerapatan II. Dalam pertemuan pada 23 April 1927 disepakati untuk menyelenggarakan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II. Putusan Kongres Pemuda II Merupakan Pematangan Hasil Kongres Pemuda I. Pada awal bulan Oktober 1928 dibentuk Panitia Penyelenggara Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II. Susunan Panitia Kongres Pemuda II Ketua Sugondo Joyopuspito PPPI Wakil Ketua Joko Marsaid Jong Java Sekretaris Muhammad Yamin Jong Sumateranen Bond Bendahara Amir Syarifuddin Harahap Jong Bataksche Bond Sebagaimana telah ditulis di atas bahwa Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II merupakan rapat umum yang terbuka untuk semua yang berminat hadir. Hal ini mengakibatkan membeludaknya masyarakat yang menghadiri ketiga sidang yang diselenggarakan selama dua hari, jumlah yang hadir mencapai sekitar 700 orang. Namun, yang resmi tercatat sebagai peserta sidang sekitar 80 orang yang berasal dari 9 organisasi pemuda pribumi. Dalam tiga persidangan selama dua hari, disampaikan pidato-pidato mengenai persatuan, baik dari kalangan pemuda maupun dari kalangan senior. Sebagaimana telah ditulis di atas, Mohammad Tabrani, tokoh yang berperan dalam kerapatan pertama tidak hadir, karena melanjutkan pendidikan jurnalistik di Jerman kemudian di Belanda. Namun, gagasannya mengenai “menciptakan” bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu, dibahas dalam kerapatan II. M Yamin, yang dalam Kerapatan Pemuda I masih bersikukuh agar bahasa Melayu ditetapkan menjadi Bahasa Persatuan tetap dengan nama bahasa Melayu, akhirnya menyetujui bahwa nama Bahasa Persatuan bukan bahasa Melayu, melainkan bahasa Indonesia. Pada dasarnya, Kerapatan Pemuda II hanya menyempurnakan hasil dari Kerapatan Pemuda I dan beberapa pertemuan besar setelah Kerapatan Pemuda I serta belasan kali diskusi yang intensif di antara para pemuda dari organisasi-organisasi, baik yang terlibat dalam Kerapatan Pemuda I, maupun organisasi-organisasi yang dibentuk setelah Kerapatan Pemuda I. Gagasan membentuk bangsa Indonesia dan mendirikan Negara Bangsa Nation State Indonesia, serta akan menggunakan Bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan, dirumuskan dalam resolusi sebagai Putusan Kongres Pemuda II. Resolusi tersebut dibacakan oleh Ketua Sidang Sugondo Joyopuspito pada sidang ketiga, sidang terakhir tanggal 28 Oktober 1928. Menurut sejarawan JJ Rizal, sesuai dengan bukti yang ia dapat melalui Harian Sinpo, naskah asli hasil Putusan Kongres Pemuda-pemuda Indonesia berbunyi sebagai berikut 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa, bahasa Indonesia. Pada sesi terakhir kongres, ketika Mr. Sunario sedang berpidato, M. Yamin menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo dan berbisik kepada Soegondo ”Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie” Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini, Kemudian Soegondo membubuhi paraf ”setuju” pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk ”paraf setuju” juga. Teks tersebut dibacakan oleh Soegondo. Teks Putusan Kongres Pemuda – pemuda Indonesia yang ditulis oleh M Yamin adalah sebagai berikut 1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Resolusi tersebut dibacakan oleh Ketua Sidang, Sugondo Joyopuspito dan diterima oleh sidang, menjadi Putusan Kongres. Tidak ada pembacaan Ikrar atau “Sumpah Pemuda.” Mengenai kesalahpahaman terhadap hasil Kongres Pemuda II, Sugondo Joyopuspito, mantan Ketua Panitia/Ketua Sidang, dalam buku “45 Tahun Sumpah Pemuda” yang diterbitkan tahun 1973 oleh Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta, menjelaskan “Sebagian besar dari hadirin adalah khalayak ramai. Di antara khalayak ramai itu hadir juga para undangan, yaitu wakil perkumpulan-perkumpulan pemuda, parpol, ormas, dan orang-orang terkemuka. Hadir pula untuk menjalankan tugas dinas pegawai PID Politieke Inlichtingen Dienst dan pegawai Kantoor voor Inlandse Zaken kantor ini membuat laporan kepada Gubernur Jenderal; laporannya sering membela orang Indonesia dan berbeda dengan laporan PID; kepala kantor ini antara lain ialah Dr Hazen, Gobee dan van der Plas. Panitia Kongres Pemuda II adalah sebuah panitia yang dibentuk oleh sidang terakhir sidang-sidang ini sudah dimulai dalam tahun 1927 dan sidang terakhir diadakan pada awal bulan Oktober 1928 dari para utusan Pengurus Besar Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Indonesia Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi dengan Ketua Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia. Panitia itu diberi tugas untuk mengadakan rapat umum. Dalam rapat umum itu supaya diadakan pidato-pidato tentang soal yang memperkuat persatuan. Panitia itu ditugaskan untuk merumuskan resolusi yang menganjurkan persatuan dan pemakaian bahasa Indonesia di kalangan pemuda. Panitia ini disebut Panitia Kongres Pemuda II oleh karena di tahun 1926 sudah pernah ada Panitia Kongres Pemuda I, yang diketuai oleh Moh Tabrani dan yang terdiri dari pemuda-pemuda anggota berbagai organisasi pemuda, tetapi bukan utusan dari Pengurus Besar organisasi-organisasi itu. Anggapan bahwa rapat-rapat umum pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 itu adalah rapat kongres pemuda-pemuda dari seluruh Indonesia disebabkan oleh beberapa hal. Sebab pertama ialah penyiaran resolusi oleh sekretarisnya, yang berjudul Poetoesan Congres Pemoeda Indonesia. Dan resolusi itu dibuka dengan kata-kata “Kerapatan pemuda-pemoeda Indonesia yang diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemuda Indonesia ..... memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928...” Resolusi itu memberi kesan kepada orang yang tidak menghadiri rapat-rapat umum tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 itu seolah-olah pada hari tesebut di atas para pemuda mengadakan rapat kongres. Moh Yamin waktu itu masih muda, baru satu tahun menjadi mahasiswa Rechts Hoge School. Dan anggota panitia lainnya lebih muda lagi, kecuali Djokomarsaid yang sudah pernah menjadi mantri polisi. Dan sudah menjadi watak orang muda suka memakai perkataan-perkataan yang muluk. Sebab itu judul dan kata-kata resolusi yang disusun oleh Yamin lebih mengutamakan effect daripada kebenaran. Lagipula pemuda Yamin mempunyai aspirasi menjadi sastrawan. Seorang sastrawan itu dalam pandangannya memang lebih dipimpin oleh imajinasi daripada oleh kenyataan. Begitulah Yamin dalam pidatonya di rapat umum yang pertama tentang “Persatuan dan Kebangsaan Indonesia” berkata, bahwa ia merasa gembira berbicara di muka persidangan itu, karena para yang hadir datang dari seluruh Indonesia, seolah-olah orang-orang yang hadir dalam rapat umum itu baru datang kemarin dengan “kapal terbang” dari Ambon, Manado, Kotaraja, Padang, Denpasar, Yogya dan lain-lain tempat dari seluruh Indonesia. Seterusnya dalam pidato Yamin melukiskan imajinasinya dengan kata-kata, bahwa persatuan dan Kebangsaaan Indonesia ialah hasil fikiran dan kemauan sejarah yang sudah beratus-ratus tahun umurnya. Semangat yang selama ini masih tidur, sekarang telah bangun dan sadar, dan inilah yang dinamakan Roh Indonesia. Briljant kata beberapa orang muda. Bombast kata orang dewasa yang lebih suka mendengarkan kata-kata yang sederhana.” Demikianlah penjelasan dari Sugondo Joyopuspito, Ketua Panitia Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II Kongres Pemuda II. Dari keterangan initerlihat, bahwa yang dirancang adalah rapat umum yang terbuka untuk masyarakat luas. Jadi di dalam Kerapatan Pemuda II tidak dilakukan pembahasan-pembahasan yang mendalam. Panitia Kerapatan ditugaskan untuk merumuskan resolusi, yang sudah dibahas sejak Kerapatan Pemuda I tahun 1926. Poster ini dibuat bukan oleh Panitia Kongres, karena ada beberapa kesalahan 1. Nama Jong Ambon tidak dicantumkan, 2. Penulisan Jong Batak seharusnya Jong Bataksche Bond. 3..Tempat penyelenggaraan di Batavia. Nama Jakarta baru digunakan mulai tanggal 8 Agustus 1942, yaitu di masa pendudukan tentara Jepang. PENUTUP Dari penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para pelaku sejarah, terutama kedua Ketua Panitia Kerapatan Pemuda dan tokoh-tokoh yang menyelenggarakan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia yang pertama dan kedua terlihat, bahwa selama ini cukup banyak kekeliruan dalam karangan-karangan mengenai kedua pertemuan besar organisasi-organisasi pemuda pribumi. Kesalahan-kesalahan karangan mengenai Kerapatan pertama disebabkan karena para pengarang kelihatannya belum membaca hasil laporan Kerapatan pertama. Hal ini terjadi karena laporan hasil kerapatan pertama dalam bahasa Belanda, baru diterjemahkan ke Bahasa Indonesia tahun 1981. Misalnya dalam buku karangan Drs. Mardanus Safwan, Peranan Gedung Kramat Raya No. 106 dalam melahirkan Sumpah Pemuda yang diterbitkan tahun 1973, mengenai Kongres Pemuda Indonesia Pertama terdapat beberapa kesalahan. M. Tabrani, Ketua Panitia Kongres Pemuda I menulis, bahwa dalam daftar bacaan buku tersebut, tidak dijumpai Laporan Hasil Kongres Pemuda Indonesia I. Apabila membaca karangan-karangan mengenai Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I, dan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II terlihat, bahwa karangan Mardanus Safwan ini menjadi rujukan/referensi. Kalau rujukan rujukannya salah, maka jelas karangan-karangan berikutnya yang menggunakan rujukan tersebut dipastikan salah. Demikianlah cara penyebaran informasi yang salah yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Dalam beberapa artikel yang dimuat di beberapa media ternama, ditulis nama-nama orang-orang yang “berperan” dalam “lahirnya Sumpah Pemuda,” hanya satu nama yang ikut berperan dalam Kerapatan Besar Pemuda-Pemudi Indonesia I, yaitu Muhammad Yamin. Bahkan dalam satu artikel, ditulis nama orang-orang yang sama-sekali tidak ada perannya dalam Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II, apalagi dalam “melahirkan Sumpah Pemuda.” Beberapa nama yang ditulis hanya merupakan tamu yang samasekali tidak ikut berbicara, apalagi berperan. Belakangan ini dimunculkan beberapa nama pemuda bangsa Cina, seolah-olah pemuda-pemuda bangsa Cina ikut berperan dalam “Sumpah Pemuda” yang tidak pernah ada. Juga tidak tidak dijelaskan mereka mewakili organisasi pemuda mana, karena peserta Kongres Pemuda II adalah 9 organisasi pemuda pribumi. Bangsa Cina dan bangsa Arab pada waktu itu baru menikmati status sosial sebagai penduduk kelas dua, di atas status sosial pribumi. Yang paling janggal adalah, pedagang bangsa Cina yang menyewakangedung tempat penyelenggaraan acara, juga ditulis sebagai “tokoh” yang berperan dalam “lahirnya Sumpah Pemuda.” Dia bukan pemilik gedung, melainkan hanya pemegang HGB Hak Guna Bangunan, yang menyewakan gedungnyamenjadi tempat kos dan pertemuan para pemuda pribumi. Setelah masa berlakuknya HGB habis, gedung tersebut diambil kembali oleh Pemda DKI dan kemudian dijadikan Museum Sumpah Pemuda. Jadi gedung tersebut disewa, bukan digunakan secara gratis. Sudah waktunya lembaga-lembaga yang berwenang untuk penulisan-penulisan sejarah, terutama untuk buku-buku pelajaran mengenai sejarah di sekolah-sekolah, melakukan penelitian ulang dan menulis baru, bukan sekadar revisi tulisan lama, agar generasi mendatang tidak lagi membaca sejarah yang salah. Jakarta, 28 Oktober
SumpahPemuda merupakan momen bersejarah pergerakan pemuda di Indonesia yang membuktikan rasa cinta tanah airnya. Tahukah kamu bahwa di balik peristiwa. Fakta Dibalik Peristiwa Bersejarah Sumpah Pemuda. Posted on 25

Jakarta, IDN Times - Hari ini 94 tahun lalu para pemuda berkumpul di Gedung Indonesisch Club yang berdiri di Jalan Kramat Raya No106, Kwitang, Jakarta Pusat. Mereka datang dari berbagai daerah untuk mengikuti Kongres Pemuda tersebut kemudian menjadi momen bersejarah. Sebab, dalam pertemuan tersebut, para pemuda berikrar untuk bersatu. Ikrar tersebut kemudian dikenal dengan nama 'Sumpah Pemuda'. Berikut beberapa fakta unik tentang Sumpah Teks naskah Sumpah PemudaDok. Istimewa/JJ RizalAda tiga isi teks naskah Sumpah Pemuda untuk keutuhan Republik Indonesia. Berikut teks naskah Sumpah Pemuda1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Baca Juga Kongres Pemuda II, Tempat Sumpah Pemuda Dikumandangkan Pertama Kali 2. Kongres Pemuda II digelar di gedung milik Sie Kong LiongMuseum Sumpah Pemuda di Jakarta. ANTARA FOTO/Nova WahyudiPeristiwa Kongres Pemuda II digelar di Gedung Indonesisch Club pada 27-28 Oktober yang berdiri di Jalan Kramat Raya ini milik seorang keturunan Tionghoa bernama Sie Kong Liong. Kini, gedung tersebut telah bersalin rupa menjadi Museum Sumpah Pemuda. 3. Awalnya tidak ada kata "Sumpah Pemuda"Museum Sumpah Pemuda ANTARA FOTO/Rivan Awal LinggaSebenarnya tidak ada kata "Sumpah" dalam hasil Kongres Pemuda II. Sejarawan JJ Rizal pernah mengatakan kata “Sumpah Pemuda” diberikan bertahun-tahun kemudian setelah peristiwa Kongres Pemuda II.“Kata sumpah ini ditempelkan belakangan setelah Indonesia merdeka. Kata sejatinya 'Putusan Kongres pemuda-pemuda Indonesia' diganti menjadi 'Sumpah Pemuda',” kata JJ Rizal kepada IDN Times, Kamis, 25 Oktober 'Sumpah', kata JJ Rizal, ditambahkan sebagai pengingat bagi rakyat Indonesia, khususnya pemuda, atas ikrar mereka untuk bersatu sebagai sebuah bangsa. Baca Juga 10 Kisah Pemuda Inspiratif di Berbagai Pelosok Negeri, Bikin Semangat!

Mendengarhal itu, Hatta berargumen bahwa revolusi besar yang direncanakan pemuda itu telah gagal dan pengamanan ke Rengasdengklok hanya sia-sia karena di Jakarta tidak terjadi apa-apa., Beberapa jam setelah istirahat bung Karno dan bung Hatta dibawa kesebuah ruangan yang dimana ruangan tersebut sudah terdapat para pemuda, diantaranya Sukarni

Home Politik Rabu, 28 Oktober 2020 - 0530 WIBloading... Hari ini, tepat 92 tahun yang lalu, para pemuda Indonesia mengucapkan ikrarnya untuk bertumpah darah, berbahasa, dan berbangsa Indonesia. Ikrar ini kemudian disebut sebagai Sumpah Pemuda. FOTO/ A A A JAKARTA - Hari ini, tepat 92 tahun yang lalu, para pemuda Indonesia mengucapkan ikrarnya untuk bertumpah darah, berbahasa, dan berbangsa Indonesia. Ikrar tersebut menjadi bagian dari perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya yang hari ini diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda . Sumpah Pemuda merupakan salah satu pencetus atau tonggak yang membakar persatuan serta semangat golongan-golongan muda dalam mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sumpah Pemuda sendiri diperingati setiap 28 Oktober. Sebab, pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia bersepakat untuk mengucap isi sumpah tersebut yakni sebagai berikut Baca Juga PertamaKami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa bagaimana sejarah tercetusnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928? Berikut ulasan singkat sebelum tercetusnya Sumpah Lemuda pada 28 Oktober 1928, merujuk berbagai Pemuda merupakan hasil dari rumusan dalam Kongres Pemuda II Indonesia. Kongres itu merupakan pertemuan besar pada 1928 yang dihadiri para pelajar dari seluruh wilayah Nusantara yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia PPPI. Baca Juga Kongres Pemuda II digelar tiga sesi di tiga tempat berbeda. Organisasi kepemudaan yang hadir saat itu di antaranya Jong Java, Jong Batak, Jong Ambon, dan Jong Islamieten pertama dilakukan pada 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond KJB yang sekarang bernama Lapangan Banteng. Ketua PPPI, Sugondo Djojopuspito dalam sambutannya saat itu berharap Kongres Pemuda II diharapkan dapat mempererat semangat persatuan di antara para pemuda. peringatan sumpah pemuda sumpah pemuda 92 tahun sumpah pemuda Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu 4 jam yang lalu 5 jam yang lalu
Dalam arti bahwa peristiwa 28 Oktober 1928, yang diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda adalah rekontruksi simbol yang sengaja dibentuk kemudian setelah sekian lama peristiwa tersebut berlalu, yaitu adanya pembelokan kata `Poetoesan Congres` menjadi kata `Sumpah Pemuda, ” katanya.
Ouvi dizer que a saudade era sementeDe uma planta bem bonitaMas que nunca dava florE que o peito apertavaQuando ela abraçavaVinha falta, vinha choro, vinhaDepois que vi que a saudade vem com choroE eu de olho só pra não me afogarMas no final não dei conta disso tudoE eu fiquei até de lutoQuando perdi meu amorSe a saudade vem me chamarVem me chamarE o que será que há nesse mar de amor?Que eu disse que era bom e você não acreditouMe disse que a maldade tomou conta de mim e assimEu vou vivendo de saudadeSe a saudade volta dia a diaSolta minha pele secaSem que eu não me percaDo meu pranto eu cantoSem dizer quem choraSem saber quem viQuando a saudade for emboraSe a saudade vem me chamarSe a sua ida chora e a sua falta fazEnquanto a vida roda cirandarFiz um colar de pedras pra mãe IemanjáJuntar a oferenda pra levar pro mar KumpulanNaskah Drama Terbaru Cerita Abu Nawas.Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Assalamuallikum wr.wb. Sebelum kami melanjutkan artikel kali ini yaitu Naskah Drama Abu Nawas alangkah baiknya kita simak ulasannya berikut ini. 5ovXDxh.
  • dpvp977jfe.pages.dev/21
  • dpvp977jfe.pages.dev/96
  • dpvp977jfe.pages.dev/87
  • dpvp977jfe.pages.dev/97
  • dpvp977jfe.pages.dev/276
  • dpvp977jfe.pages.dev/189
  • dpvp977jfe.pages.dev/277
  • dpvp977jfe.pages.dev/272
  • dpvp977jfe.pages.dev/299
  • meskipun peristiwa sumpah pemuda sudah lama berlalu tetapi