TEMPOCO, Bekasi - Polisi menyatakan tak menemukan penyegelan sebuah panti asuhan di Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi. Menurut informasi yang sempat viral di media sosial, penyegelan itu dilakukan oleh satu ormas Islam. Kapolres Metro Bekasi, Komisaris Besar Candra Sukma Kumara, menyatakan sudah mengecek ke lokasi dan mendatangi yayasan panti
Semarang - Kehangatan penuh canda terpancar di sudut panti asuhan yang berada di antara Gunung Ungaran dan Gunung Telomoyo. Dinginnya udara pagi, menyambut bersama 37 anak dari balita hingga remaja, yang berasal dari Papua, Kalimantan hingga Jawa yang tinggal bersama di bawah atap Panti Asuhan Harapan Kasih, Ambarawa. Semula, tatapan penuh tanda tanya tampak di wajah mereka yang tampak tegang karena bertemu tamu yang belum dikenal. Namun, setelah beberapa saat bertegur sapa, mereka dengan ramah menyapa dan sesekali melempar senyum. Polisi Tangkap Remaja Perempuan Diduga Pembuang Bayi di Panti Asuhan Bak Sinetron, Akal-Akalan Sepasang Kekasih Membuang Bayi ke Panti Asuhan Cerita Kurir Sabu Sumbangkan Upahnya untuk Bangun Panti Asuhan Berbagai permainan dari menguji memori hingga mengenal negara Sakura, Jepang menjadi pencair suasana yang sebelumnya kaku. Canda dan hukuman kecil membuat anak penghuni panti asuhan yang berlatar belakang agama, suku maupun ras berbeda ini. Itu hari, anak-anak kedatangan tamu dari jauh. Namanya, Kenichi Morita, Direktur PT Japantech Indojaya pengusaha asal Jepang. Ia mengajak anak-anak bermain. “Di sini masih ada 37 anak yang bertahan. Ada yang beragama Katolik, Kristen dan Islam. Ada yang dari Papua, dan ada yang dari Jawa. Berbagai suku ada disini,” kata Deni Setiawan, pengelola Panti Asuhan Kasih Harapan, Ambarawa. Menjaga anak panti asuhan di masa pendemi Covid-19, memberikan tantangan lebih. Saat masyarakat umum bertahan dengan keluarga mereka dari ancaman Covid-19, pengelola panti harus tetap menghidupi anak asuh. ** IngatPesanIbu Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan. Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Video Pilihan Berikut IniRahasia Sembuhnya Seluruh Santri Ponpes Nurul Hidayah Kebumen dari Covid-19
KeluargaBesar Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA (HMJ IPA) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang melakukan kunjungan ke salah satu Panti Asuhan yang ada di kota Padang, Sabtu (11/5). Pada kesempatan kali ini, pengurus HMJ IPA mengunjungi Panti Asuhan Nur Illahi, Tunggul Hitam, Padang, Sumatera Barat.
"Anakku... Anakku.... Anakku...." Rois Bawono Hadi, 56, mendekap sambil menyenandungkan sebuah kidung di telinga bayi yang belum genap berusia satu tahun itu. Perlahan kelopak mata bayi tersebut terpejam. Terlelap dalam pelukan kasih sayang ayah asuhnya. Bayi tersebut adalah satu dari 78 penghuni Panti Asuhan Manarul Mabrur di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. "Total ada 78. Ada 32 bayi berumur kurang dari satu tahun. Lalu anak-anak usia satu tahun sampai sekolah dasar ada 27 orang. Sisanya orang dewasa," Rois merinci jumlah penghuni panti asuhannya kepada DW Indonesia. Pria kelahiran Probolinggo, Jawa Timur, ini menerawangkan mata sembari mengingat perjalanan awal panti ini pada Januari 2012 silam. Saat itu Rois dan beberapa pendiri awal panti, termasuk istrinya, merasa perlu melakukan aksi nyata untuk generasi muda. Rois dan pendiri awal sepakat membiayai pendidikan anak-anak jalanan yang dibina di Dinas Sosial Kota Semarang. Tidak mudah, karena anak-anak sudah mengenal konsep uang sejak dini. Banyak dari anak-anak tersebut yang tidak melanjutkan sekolah dan kembali ke jalan mencari uang dengan meminta-minta. Berangkat dari keprihatinan Rois menuturkan kepada DW Indonesia bahwa mental mengemis yang ada di lingkungannya harus diubah. "Orang lumpuh, ngemis. Orang buta, ngemis. Mental ngemis ini harus dibongkar," tegas Rois. Panti Asuhan Manarul Mabrur mengajarkan filosofi kemandirian kepada penghuninya. Bahkan, sejak awal berdiri hingga hari ini, Rois mengatakan tidak pernah mencari donatur untuk menyumbang atau menulis proposal pengajuan bantuan. Atas prinsip itu, panti asuhan seluas meter persegi ini tidak sanggup menggaji karyawan. Semua kegiatan operasional sehari-hari dikerjakan oleh Rois yang dibantu oleh istri dan anak perempuannya, Linda. Kepada anak-anak asuhnya, Rois punya dua larangan utama. “Dilarang ngeluh. Itu bukan solusi permasalahan. Kedua, dilarang menolak rejeki yang datang baik itu pahit dan manis,” Leo Galuh/DW "Sampai hari ini saya tidak pernah ajak orang untuk bergabung. Lha wong karena saya tidak bisa nggaji membayar mereka," kata Rois. Dia menambahkan banyak orang yang skeptis akan kesanggupan Rois menjalankan panti asuhan tanpa dukungan dana. "Oleh karena itu, jadikan sanggup dari hal-hal yang tidak sanggup. Orang sibuk dengan urusan perut. Ini urusan hati," ujar Rois. Kemandirian menjadi elemen penting di panti ini. Rois tidak ingin anak-anak asuhnya mengharapkan belas kasih dari seseorang. Sebagai contoh, anak-anak dibiasakan mencuci sendiri pakaian mereka karena keterbatasan tenaga pengasuh di panti ini. Selain kemandirian di rumah, anak asuh pun diajarkan berbagai macam keterampilan yang bisa berguna bagi hidup mereka. Bahkan, Rois menambahkan, banyak orang-orang baik di sekitar Semarang yang kemudian tergerak untuk berkunjung menawarkan pelatihan kemampuan dasar bekerja. Anak-anak yang lebih besar di panti itu bahkan menguasai beragam keterampilan teknis seperti bartender, barista, sablon, mesin, las, dan mengukir relief, kata Rois dengan penuh rasa bangga. Walaupun lahir di luar pernikahan, anak-anak tersebut tetap mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara Indonesia, ucap akta kelahiran buat "Soekarno" Di panti itu Rois hadir sebagai sosok ayah bagi anak-anak asuhnya yang kebayakan lahir di luar ikatan pernikahan. Dirinya memberikan perlakuan yang sama kepada seluruh anak asuh termasuk sejumlah ibu hamil yang juga tinggal di sana. Pasal 43 ayat 1 Undang Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Dokumen kewarganegaraan terutama akta kelahiran menjadi bukti otentik yang krusial bagi seseorang untuk dapat mendapatkan hak-hak sebagai warga negara Indonesia. Namun terkadang proses mendapatkan dokumen ini tidak mudah bagi anak yang lahir di luar pernikahan. Rois mencari solusi jangka panjang untuk menyikapi hal tersebut. "Kalo orang tuanya adalah mahasiswa, kan mereka udah punya KTP. Nah anaknya tetap bisa memiliki akta kelahiran. Tapi hanya tertera nama si ibu. Nama ayah tidak ada. Si anak akan ikut di Kartu Keluarga KK ibunya," papar Rois. Sedangkan bagi orang tua yang belum punya KTP, Rois melanjutkan, si anak tetap bisa memiliki akta kelahiran namun tidak ada nama di kolom ayah dan ibunya. Anak tersebut akan menyandang status anak asuh di KK milik Rois. Rois pun turut memberi nama bagi bayi-bayi tersebut atas persetujuan orang tuanya. Dia mengambil inspirasi nama-nama tersebut dari tokoh pewayangan Jawa, tokoh nasional, dan nama artis. "Lho saya itu sampai kehabisan ide untuk ngasih nama anak. Ya sudah saya kasih nama yang mudah diingat misalnya Soekarno, Elvi Sukaesih," kata Rois tergelak. Ia bercita-cita ingin menyekolahkan seluruh anak-anak asuhnya sampai jenjang S2 dengan biaya sendiri. Sampai hari ini, Rois sudah berhasil mengantarkan dua anak asuhnya menyandang gelar sarjana dan empat lainnya telah menyelesaikan pendidikan D3. Bukan untuk diadopsi Aroma minyak kayu putih dan minyak telon menyeruak memenuhi rongga hidung saat DW Indonesia memasuki ruangan bayi. Jeritan tangis dan gelak tawa bayi bercampur menjadi satu di ruangan itu. Bahkan ada bayi yang masih berusia beberapa hari, terlihat dari warna kulit yang masih merah. "Saya melarang pihak luar mengadopsi anak-anak tersebut. Para orang tua menitipkan dan akan mengambil kembali anaknya. Itu amanah yang harus saya jaga," kata Rois yang kerap dipanggil abi oleh anak-anak asuhnya. Bayi-bayi tersebut sebagian besar adalah hasil dari hubungan badan di luar pernikahan yang dilakukan orang tua mereka yang masih duduk di bangku perkuliahan, kata Rois. Malah ada juga bayi-bayi dari hubungan seks tidak sah dilakukan oleh pelajar yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas SMA, bahkan menengah pertama SMP, menurut Rois. Salah satu plang di Panti Manarul Mabrur. Plang lain juga menegaskan bahwa panti ini tidak meminjamkan bayi dengan alasan apa Leo Galuh/DW Data Kementerian Kesehatan dan Komnas Perlindungan Anak Indonesia KPAI pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa sekitar sebesar 62,7% remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Lebih lanjut, penelitian kolaborasi antara Badan Perencanaan Daerah Bappeda Kota Semarang dan Universitas Negeri Semarang pada tahun 2019 menunjukkan bahwa lebih dari 90% pelaku pernikahan dini adalah pelaku seks bebas dan 83,88% menikah karena hamil di luar nikah di kota Semarang. Lindungi ibu hamil dari stigma Panti Asuhan Manarul Mabrur juga menyediakan ruangan khusus untuk ibu hamil. Saat ini ada 13 ibu hamil yang sedang menunggu waktu untuk melahirkan. "Mereka datang ke sini dalam kondisi hamil. Di sini mereka menyembunyikan diri dari masyarakat karena malu," ujar Rois dengan nada prihatin. "Kalau si ibu hamil datang sendirian tanpa laki-laki, saya yang membiayai proses melahirkan. Sedangkan kalau laki-lakinya ikut datang, saya meminta si laki laki untuk patungan," ujar Rois. Tidak jarang ibu-ibu yang sudah melahirkan akan menitipkan anaknya di panti naungan Rois. Mereka akan kembali ke panti dan mengambil anaknya di saat mereka sudah siap. Baik sudah lulus pendidikan, menikah secara sah, atau memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sang anak. ae
Dikirimke panti asuhan sejak kecil dan mulai bekerja sejak usia 14 tahun, pengusaha asal Italia ini membangun bisnis kacamata ternamanya dari nol hingga raup miliaran dolar. Dari sini, ia dapat memperdagangkan perusahaannya secara publik di NYSE, dan pada tahun 1990, Luxottica pun terdaftar. Pada tahun 2000, ia mendaftarkan perusahaannya
Anak Panti Asuhan Yayasan Sesamamu merayakan Natal. [NN/ – Panti ini bagaikan ibu yang selalu mempersiapkan anak-anaknya mampu menemukan mimpi dan masa depan mereka. Udara dingin akan menyapa siapa pun saat memasuki Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur NTT. Tidak Jauh dari pusat kota, berdiri Panti Asuhan PA Yayasan Sesamamu di atas tanah yang luasnya 8,5 hektar di Wae Peca, Desa Lalong, Kecamatan Wae Ri’i. Di sekitar bangunan panti, kebun membentang begitu luas. Di dalamnya ditanami berbagai jenis tanaman seperti cengkeh, kopi, dan buah-buahan. Pemimpin Panti Asuhan Yayasan Sesamamu, Pastor Yakobus Modo SVD mengungkapkan, panti ini dipersembahkan bagi anak-anak yang sebagian besar ditinggalkan oleh ibu mereka sejak belia. Hadirnya panti ini, agar mereka tidak kehilangan harapan dan putus asa. Di sini, mereka dibekali agar menjadi mandiri, sehingga dapat merajut masa depan mereka yang masih panjang. “Mereka bukanlah seperti anak-anak pada umumnya, yang setiap saat selalu mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Mereka dititipkan sejak kecil di sini, bahkan sejak nol bulan, karena kehilangan ibu. Dengan terus ditempa, mereka dapat bertumbuh dengan semangat. Mereka memiliki harapan akan masa depan yang cerah,” kata Pastor Yakobus. Sebagai Ibu Saat PA Yayasan Sesamamu didirikan tahun 1959, angka kematian ibu meningkat di Kabupaten Manggarai. Dokter Ko prihatin dengan persoalan ini. Ia lalu menemui Pastor Karolus Kale Bale SVD. Kepadanya, Ko melaporkan enam anak telantar yang ia rawat di rumahnya. Saat itu, Ko bekerja di Rumah Sakit Umum Ben Mboi Ruteng Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat untuk menyediakan sebuah rumah bagi anak-anak itu. Atas arahan Pastor Kale, dirintislah PA Yayasan Sesamamu. Panti ini mulai beraktivitas di sebuah rumah dengan ukurannya kecil di Kampung Maumere, Ruteng. Keenam anak yang sebelumnya berada di tangan Ko menjadi penghuni pertama panti ini. Pastor Yakobus menjelaskan, pada perkembangan awal, panti ini dibantu oleh dua orang remaja, yakni Viktor Kristian Musa Bale dan Genofeva Sese. Keduanya kemudian menikah dan tetapi tetap mengabdi di panti setelah menikah. Pastor Kale selanjutnya mengirimkan Geno untuk studi keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St Boromeus Bandung, Jawa Barat. Saat pulang, ia tetap bertahan untuk mengabdi di panti ini. Pada tahun 1961 panti dipindahkan ke Rumbit yang sekarang ini disebut Kampung Maumere akan tetapi daya tampungnya masih kecil. Pada tahun 1975 panti dipindahkan ke Wae Peca yang jaraknya sekitar enam kilometer dari Ruteng. Awalnya, panti didirikan di atas lahan warisan Pastor Yan Bala SVD, seluas kurang lebih satu hektar. “Dalam perjalanan, Pastor Kale bersama penggantinya Pastor Hilarius Gudi SVD membeli tanah dari masyarakat. Di atas tanah yang luas itulah, panti ini berdiri tegak hingga sekarang,” ujar Pastor Yakobus. Berdikari Sejak berdirinya panti ini banyak anak yang berasal dari keluarga tidak mampu diserahkan ke panti. Menurut Pastor Yakobus, anak-anak tersebut dibawa saat usia mereka masih belia. Beberapa dari mereka, bahkan dititipkan saat usia mereka barus atu hari. Dalam perkembangan waktu, panti juga memperhatikan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Bagi mereka, panti akan membantu biaya sekolah, sedangkan kebutuhan sehari-hari diserahkan ke keluarga. Pastor Yakobus menjelaskan, sebagian besar anak yang tinggal di PA Yayasan Sesamamu merupakan anak yang kehilangan ibunya saat melahirkan. Mengingat hal itu, panti memiliki strategi tersendiri soal pola asuh. Hal ini agar mereka tidak kehilangan figur ibu. Untuk itu, masing-masing anak akan memiliki ibu asuh. Di panti sendiri ada lima orang ibu asuh, yang bertugas mengasuh mereka setiap saat. “Seperti yang saya lihat mereka itu seperti ibu dan anak. Ada ikatan batin yang tercipta. Ketika ibu asuh hilang sedikit saja, mereka pasti mencarinya,” jelasnya. Agar anak-anak panti tidak kehilangan masa depannya, mereka didorong untuk mengenyam pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga kuliah. Mereka disekolahkan di beberapa sekolah sekitar Kota Ruteng. Setelah lulus SMA, mereka melanjutkan pendidikan di STKIP St. Paulus Ruteng dan SETIKES Semarang, Jawa Tengah. Keseharian di PA Yayasan Sesamamu waktu telah dibagi mulai dari bangun pagi hingga malam. Setiap penghuni, mendapat tugas masing-masing mulai dari membantu di dapur hingga di kebun. Waktu belajar juga telah diatur. Mereka belajar dari pukul hingga pukul waktu setempat. Anak-anak dilatih untuk lebih mandiri. Pastor Yakobus membeberkan, agar panti mandiri dan tidak bergantung pada donatur, panti sedapat mungkin mengolah tanah milik panti. Di tanah itu, panti menanam cengkeh, kopi, bahkan tambak ikan dengan bekerja sama dengan Dinas Perikanan Ruteng. Panti juga membangun embung dengan bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Selama tinggal di panti, anak-anak akan dilatih membantu di kebun dan mengurus ternak. Hasil kebun seperti cengkeh, sawah dan sayuran membantu kebutuhan mereka sehari-hari mulai dari makan hingga kebutuhan sekolah. Masing-masing anak mendapat tugas yang telah ditentukan setiap hari. Menimba Harapan Pastor Yakobus mengakui, tempat ini adalah berkat bagi semua anak tanpa terkecuali. Anak-anak ini memiliki masa lalu yang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Mereka kehilangan ibu, padahal ibu memiliki peran penting di dalam hidup manusia. Ketika seorang anak kehilangan peran ibu tentu saja inilah yang membuat anak-anak ini merasa kehilangan. Pada dasarnya mereka merupakan berkat dari Allah. “Ini adalah rumah bertepi di saat ibu pergi. Panti ini sebagai ibu yang selalu mempersiapkan anak-anak. Bagaimana mereka mampu menemukan mimpi dan masa depan mereka,” kata Pastor Yakobus. Willy Matrona HIDUP 2019, 16 Juni 2019
PantiAsuhan Sekitar Sini Sidoarjo | 0895-2497-0670, panti asuhan sekitar sini, panti asuhan yayasan kasih mandiri bersinar, panti asuhan griya asih, terangkan pentingnya lembaga sosial dalam kehidupan masyarakat, lembaga sosial terbentuk dari, panti asuhan darul hadlonah, menyerahkan atau memberikan sejumlah uang untuk membantu kegiatan panti asuhan termasuk, nama yayasan sosial, panti asuhan
NamaYayasan Sosial Sidoarjo | 0895-2497-0670, nama yayasan sosial, panti asuhan alma, [] 22 total views, 1 views today April 4, 2021 April 2, 2021 Informasi
PWMUCO - SD Muhammadiyah Manyar ( SDMM) Gresik mengadakan bakti sosial (baksos) di Panti Asuhan Muhammadiyah Al-Ihsan, Wringinanom, Gresik, Rabu (27/4/2022). Kepala SDMM Ria Pusvita Sari MPd mengungkapkan selama dua tahun SDMM tidak menyalurkan dana baksos secara langsung karena pandemi Covid-19. Dia mengaku perolehan dana baksos tahun ini
Rombonganditerima Pengurus Panti, Ibu Sari dengan sekitar 50-an anak-anak Panti Asuhan Peduli Anak Yatim yang rata-rata berusia 3 sampai 17 tahun dengan pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan ada 2 orang yang sudah kuliah. "Kami datang ke sini membagikan titipan berkah dari para pengurus PPUMI Sumsel. Ada yang sempat hadir dan ada pula
m1EZWX. dpvp977jfe.pages.dev/30dpvp977jfe.pages.dev/316dpvp977jfe.pages.dev/128dpvp977jfe.pages.dev/83dpvp977jfe.pages.dev/141dpvp977jfe.pages.dev/28dpvp977jfe.pages.dev/264dpvp977jfe.pages.dev/170dpvp977jfe.pages.dev/283
panti asuhan sekitar sini